Halo
Bro2 dan Pembaca blog gw. Kali ini gw mau berbagi cerita pengalaman gw travel
ke Dieng, Jawa Tengah. Begini ceritanya:
Waktu
itu, pembicaraan di buka saat gw dan temen2 kuliah gw lagi buka bersama di
deket kampus. Berhubung udah mau libur semester dan kita lum pernah jalan2
bareng, akhirnya kita berdiskusi merencanakan perjalanan. Ngobrol-ngobrol
panjang, salah satu temen gw nyeletuk kalo dia pengen lihat festival lampion
yang ada di Dieng. Tanpa pikir panjang, forum menyetujui. Pas juga acara diadakan
di akhir bulan Agustus, kampus gw juga masih libur.
Beruntung
gw punya temen yang sering banget traveling. Jadi dia yang ngurus total semua
keberangkatan dan kepulangan kita ke Dieng. Aktif dan bisa diandalkan. Jadi kami
semua bisa fokus bekerja dan tinggal komunikasi via Jarsos. Banyak jalan menuju
Dieng. Dari naik travel, bus, hingga kereta. Namun melihat jalan darat waktu
lebaran kemarin yang bisa seharian duduk-cenderung terjadi cidera tulang ekor,
kami pun memutuskan untuk naik kereta. Dieng Culture Festival adalah acara
internasional. Tahun ini adalah yang ke-4. Grup gw terlalu santai. Kita baru
pesen tiket 2 minggu sebelum perjalanan. Banyak tiket kereta yang udah ludes
T__T. Alhasil duduknya pada mencar2, walaupun masih satu gerbong.
Pergi:
Kereta
Bisnis Sawunggalih Malam (Pasar Senen – Purwokerto) / 19:00 – 00:22 Wib (Rp
240.000)
Pulang:
Kereta
Ekonomi AC Krakatau (Purwokerto - Pasar Senen) / 17:20 – 22:40 Wib (Rp 175.000)
Dieng
Culture Festival 2014 diselenggarakan pada hari Sabtu & Minggu, 30-31
Agustus 2014. Jumatnya, gw cukup kerja setengah hari aja. Kalo yang kantornya
deket Stasiun Senen masih bisa kerja full.
Ada
2 cara ke Stasiun Pasar Senen naik Commuter Line dari Depok:
1.
Simpel + lama : Naik Commuter Line Depok-Jatinegara
2.
Ribet + Cepet : Naik Commuter Line Depok, turun di St Manggarai, transit ke CL
Bekasi. Terus turun di St Jatinegara, trasit lagi naik CL Tanah Abang turun
langsung di St Pasar Senen.
Gw
naik dari Stasiun Universitas Indonesia. Gw pake pilihan pertama… tinggal duduk
dan keliling Jakarta naik kereta. Perjalana kira2 1,5 jam. Sempet panik, karena
CL ga berhenti di Senen. Gw langsung turun di stasiun berikutnya, St Gang
Setiong. Setelah tanya petugas, untungnya kita cukup nyeberang aja dan naik CL
dari Jatinegara. CLnya berhenti di St Pasar Senen. And our Journey Begins Here!
Setengah
1 pagi kita sampai di Stasiun Purwokerto. Kenapa turun di Purwokerto? Katanya
sih karena lebih deket perjalanannya ke Dieng, daripada lewat Jogja. Rombongan gw dijemput travel
lokal. Drivernya orang asli Wonosobo. Mas-nya asik dan lagu2 di mobilnya anak
muda banget. Mobil Avanza. Jumlah kita semua ada 7 orang. Lumayan empet2an :)))
Perjalanan ke Dieng menghabiskan waktu 3 jam dengan mobil. Gw tidur sepanjang
perjalanan (karena masih gelap juga, mau lihat apa). Perjalanan menuju Dieng
berkelok-kelok tajam… yah kaya di Puncak-nya Bogor. Gw aja mpe bangun. Sampai
di Dieng, suhu waktu itu di bawah 10o C! Gw belum persiapan. Gw
kedinginan. Gw mengigil. Gigi gw saling beradu. Gw masuk ke mobil lagi,
menyelamatkan jiwa dan raga :)
Rencana
sedikit berubah. Tadinya setelah sampai, mau langsung ke penginapan. Dan driver
cuman antar doang, nanti kita pulangnya naik bus ke Purwokerto. Namun, setelah
temen gw nego2, akhirnya deal-lah, kita berangkat menuju Bukit Sikunir Dieng
untuk melihat golden sunrise. Mobil kita tambah 2 penumpang dan menuju Bukit
Sikunir. Total biaya Travel jadi Rp 1.000.000 (PP) + Rp 300.000 (PP Sikunir)
Perjalanan ga sampai setengah jam dari pusat Dieng. HTM-nya cuman Rp 5.000.
Setelah sampai, gw langsung pake peralatan perang (Balsem, baju 2, kemeja,
jaket 2, sarung tangan, kaos kaki, sepatu, syal, sarung, masker, dan kacamata
hitam-buat lihat sunrise. Jangan lupa bawa senter juga, soalnya gelap bedt).
Untuk
menuju kaki bukit Sikunir dari perumahan warga, ada ojek lokal. Tapi sori, gw
ga tahu tarifnya. Karena gw memilih untuk jalan kaki dari parkiran hingga
puncak Sikunir. Tahap pertama, jalan batu. Tahap ke 2, tangga tanah dan batu.
Tahap ke 3, tangga tanah tanpa pegangan.
Kira2, 1 jam lebih perjalanan gw sampai puncak. Tapi dipuncak udah rame
bro… karena gw termasuk nyampenya telat. Dan sepanjang jalan banyak orang2
berhenti karena kecapean atau foto2 (soalnya mataharinya udah mulai naik). Yah,
yang penting kalian harus pinter2 cari spot ditengah keramaian untuk
mengabadikan moment di sana :) Di atas juga ada tukang jualan dan WC umum. Jadi
wolez2 aja selama di atas.
Habis
turun dari bukit, kita langsung menuju homestay. Tempatnya di perumahan warga,
masuk2 gang gitu dan deket masjid. Tapi sori, gw lupa nama jalannya apa. Memang
pas acara Dieng Culture Festival rumah2 warga banyak yang disewakan. Karena
perumahan warga dekat dengan tempat festival, tinggal jalan kaki aja. Di
homestay gw bergabung dengan traveler lain. Totalnya jadi 12 orang. Kamar tidur
ada 3, tempat sholat 1, kamar mandi 1 + water heater, dapur, kamar tamu, dan
ruang tengah yang luas. Pemilik rumah ikut tidur di kamar belakang. Sebenernya
tarifnya seikhlasnya (yang punya rumah baik banget bro). Namun karena kami ga
enak, yah cari tahu dulu harga homestay rumah penduduk sekitar situ. Akhirnya
kami bayar Rp 650.000 (semalam). Sekedar informasi aja, penginapan sekitar
dieng semalam sekitar Rp 200.000. Tapi kalo ada acara kaya DCF ini bisa naik 2x
lipet!
Karena
kita rombongan, agar memudahkan mobilisasi, kita nyewa mobil bak milik warga
beserta sopirnya. Itu juga nyari2 dulu, ke sana-kemari. Untunya dalam rombongan
gw ada yang punya banyak kenalan warga Dieng. Jadi ga butuh waktu lama untuk
dapat mobilnya. Tarifnya Rp 400.000 dan langsung dibawa muter-muter ke daerah
wisata yang ada di Dieng (boleh request juga):
1. Sumur Jalatunda Dieng
Sebuah
jurang lebar dan ada air di dalamnya. Orang sana bilangnya sumur. Kalo kita
lempar batu sampai ke ujung tebing dan batunya nyemplung ke air, maka doa kita
akan terkabul (katanya). Batu bisa dibeli di Jurkunnya seharga Rp 500 per 1
batu. Katanya juga, kalo buat kamu2 yang punya indera ke-6, bisa lihat istana +
naga di sumur ini.
2. Kawah Sikidang dan Kawah Cadradimuka
Tepat
wisata yang jenisnya sama. Yang paling besar yang pertama. Pemandangan alam yang
didominasi warna hijau pegunungan dan hamparan tanah kapur. Kawah aktif ini mengeluarkan bau yang tak
sedap (kalo menurut gw kaya bau telor rebus), ga boleh lama-lama menghirup bau
ini.
3. Telaga Warna Dieng
Nah…
kalo mau lihat telaga yang warna permukannya muncul beragam warna bisa di sini.
Bisa lihat dari atas dan bawah. Kalo mau dapat angle shoot terbaik landscape
pemandangan ini, bisa foto di puncaknya.Tapi
harus naik tangga-tangga lagi untuk ke atas dan berfoto di puncak.
Malamnya,
kita berangkat menuju Festival Lampion di dekat Candi Arjuna (pusat kegiatan DCF). Udara tambah dingin sob.
Siapkan baju hangat sebanyak-banyaknya. Buat yang beli tiket baik festival,
VIP, atau VVIP pasti dapat lampionnya (rakit sendiri loh). Oh iya, kalo mau nulis wish list-nya langsung aja di kertas lampionnya. Jalanan rame dan
macet total. Jadi sebaiknya jalan kaki yah. Ada acara pelepasan lampion, pesta
kembang api, dan musik (jazz di atas awan). Jangan lupa, pas pulang makan mie
ongklok yah. Tersedia di hampir semua tempat makan di Dieng kog. Have fun!
Penulis: