Friday, October 17, 2014

DIENG CULTURE FESTIVAL 2014

Halo Bro2 dan Pembaca blog gw. Kali ini gw mau berbagi cerita pengalaman gw travel ke Dieng, Jawa Tengah. Begini ceritanya:

Waktu itu, pembicaraan di buka saat gw dan temen2 kuliah gw lagi buka bersama di deket kampus. Berhubung udah mau libur semester dan kita lum pernah jalan2 bareng, akhirnya kita berdiskusi merencanakan perjalanan. Ngobrol-ngobrol panjang, salah satu temen gw nyeletuk kalo dia pengen lihat festival lampion yang ada di Dieng. Tanpa pikir panjang, forum menyetujui. Pas juga acara diadakan di akhir bulan Agustus, kampus gw juga masih libur.

Beruntung gw punya temen yang sering banget traveling. Jadi dia yang ngurus total semua keberangkatan dan kepulangan kita ke Dieng. Aktif dan bisa diandalkan. Jadi kami semua bisa fokus bekerja dan tinggal komunikasi via Jarsos. Banyak jalan menuju Dieng. Dari naik travel, bus, hingga kereta. Namun melihat jalan darat waktu lebaran kemarin yang bisa seharian duduk-cenderung terjadi cidera tulang ekor, kami pun memutuskan untuk naik kereta. Dieng Culture Festival adalah acara internasional. Tahun ini adalah yang ke-4. Grup gw terlalu santai. Kita baru pesen tiket 2 minggu sebelum perjalanan. Banyak tiket kereta yang udah ludes T__T. Alhasil duduknya pada mencar2, walaupun masih satu gerbong.

Pergi:
Kereta Bisnis Sawunggalih Malam (Pasar Senen – Purwokerto) / 19:00 – 00:22 Wib (Rp 240.000)
Pulang:
Kereta Ekonomi AC Krakatau (Purwokerto - Pasar Senen) / 17:20 – 22:40 Wib (Rp 175.000)

Dieng Culture Festival 2014 diselenggarakan pada hari Sabtu & Minggu, 30-31 Agustus 2014. Jumatnya, gw cukup kerja setengah hari aja. Kalo yang kantornya deket Stasiun Senen masih bisa kerja full.
Ada 2 cara ke Stasiun Pasar Senen naik Commuter Line dari Depok:
1. Simpel + lama : Naik Commuter Line Depok-Jatinegara
2. Ribet + Cepet : Naik Commuter Line Depok, turun di St Manggarai, transit ke CL Bekasi. Terus turun di St Jatinegara, trasit lagi naik CL Tanah Abang turun langsung di St Pasar Senen.

Gw naik dari Stasiun Universitas Indonesia. Gw pake pilihan pertama… tinggal duduk dan keliling Jakarta naik kereta. Perjalana kira2 1,5 jam. Sempet panik, karena CL ga berhenti di Senen. Gw langsung turun di stasiun berikutnya, St Gang Setiong. Setelah tanya petugas, untungnya kita cukup nyeberang aja dan naik CL dari Jatinegara. CLnya berhenti di St Pasar Senen. And our Journey Begins Here!

Setengah 1 pagi kita sampai di Stasiun Purwokerto. Kenapa turun di Purwokerto? Katanya sih karena lebih deket perjalanannya ke Dieng, daripada  lewat Jogja. Rombongan gw dijemput travel lokal. Drivernya orang asli Wonosobo. Mas-nya asik dan lagu2 di mobilnya anak muda banget. Mobil Avanza. Jumlah kita semua ada 7 orang. Lumayan empet2an :))) Perjalanan ke Dieng menghabiskan waktu 3 jam dengan mobil. Gw tidur sepanjang perjalanan (karena masih gelap juga, mau lihat apa). Perjalanan menuju Dieng berkelok-kelok tajam… yah kaya di Puncak-nya Bogor. Gw aja mpe bangun. Sampai di Dieng, suhu waktu itu di bawah 10o C! Gw belum persiapan. Gw kedinginan. Gw mengigil. Gigi gw saling beradu. Gw masuk ke mobil lagi, menyelamatkan jiwa dan raga :)

Rencana sedikit berubah. Tadinya setelah sampai, mau langsung ke penginapan. Dan driver cuman antar doang, nanti kita pulangnya naik bus ke Purwokerto. Namun, setelah temen gw nego2, akhirnya deal-lah, kita berangkat menuju Bukit Sikunir Dieng untuk melihat golden sunrise. Mobil kita tambah 2 penumpang dan menuju Bukit Sikunir. Total biaya Travel jadi Rp 1.000.000 (PP) + Rp 300.000 (PP Sikunir) Perjalanan ga sampai setengah jam dari pusat Dieng. HTM-nya cuman Rp 5.000. Setelah sampai, gw langsung pake peralatan perang (Balsem, baju 2, kemeja, jaket 2, sarung tangan, kaos kaki, sepatu, syal, sarung, masker, dan kacamata hitam-buat lihat sunrise. Jangan lupa bawa senter juga, soalnya gelap bedt).

Untuk menuju kaki bukit Sikunir dari perumahan warga, ada ojek lokal. Tapi sori, gw ga tahu tarifnya. Karena gw memilih untuk jalan kaki dari parkiran hingga puncak Sikunir. Tahap pertama, jalan batu. Tahap ke 2, tangga tanah dan batu. Tahap ke 3, tangga tanah tanpa pegangan.  Kira2, 1 jam lebih perjalanan gw sampai puncak. Tapi dipuncak udah rame bro… karena gw termasuk nyampenya telat. Dan sepanjang jalan banyak orang2 berhenti karena kecapean atau foto2 (soalnya mataharinya udah mulai naik). Yah, yang penting kalian harus pinter2 cari spot ditengah keramaian untuk mengabadikan moment di sana :) Di atas juga ada tukang jualan dan WC umum. Jadi wolez2 aja selama di atas.

Habis turun dari bukit, kita langsung menuju homestay. Tempatnya di perumahan warga, masuk2 gang gitu dan deket masjid. Tapi sori, gw lupa nama jalannya apa. Memang pas acara Dieng Culture Festival rumah2 warga banyak yang disewakan. Karena perumahan warga dekat dengan tempat festival, tinggal jalan kaki aja. Di homestay gw bergabung dengan traveler lain. Totalnya jadi 12 orang. Kamar tidur ada 3, tempat sholat 1, kamar mandi 1 + water heater, dapur, kamar tamu, dan ruang tengah yang luas. Pemilik rumah ikut tidur di kamar belakang. Sebenernya tarifnya seikhlasnya (yang punya rumah baik banget bro). Namun karena kami ga enak, yah cari tahu dulu harga homestay rumah penduduk sekitar situ. Akhirnya kami bayar Rp 650.000 (semalam). Sekedar informasi aja, penginapan sekitar dieng semalam sekitar Rp 200.000. Tapi kalo ada acara kaya DCF ini bisa naik 2x lipet!

Karena kita rombongan, agar memudahkan mobilisasi, kita nyewa mobil bak milik warga beserta sopirnya. Itu juga nyari2 dulu, ke sana-kemari. Untunya dalam rombongan gw ada yang punya banyak kenalan warga Dieng. Jadi ga butuh waktu lama untuk dapat mobilnya. Tarifnya Rp 400.000 dan langsung dibawa muter-muter ke daerah wisata yang ada di Dieng (boleh request juga):
1. Sumur Jalatunda Dieng
Sebuah jurang lebar dan ada air di dalamnya. Orang sana bilangnya sumur. Kalo kita lempar batu sampai ke ujung tebing dan batunya nyemplung ke air, maka doa kita akan terkabul (katanya). Batu bisa dibeli di Jurkunnya seharga Rp 500 per 1 batu. Katanya juga, kalo buat kamu2 yang punya indera ke-6, bisa lihat istana + naga di sumur ini.



 2.  Kawah Sikidang dan Kawah Cadradimuka
Tepat wisata yang jenisnya sama. Yang paling besar yang pertama. Pemandangan alam yang didominasi warna hijau pegunungan dan hamparan tanah kapur.  Kawah aktif ini mengeluarkan bau yang tak sedap (kalo menurut gw kaya bau telor rebus), ga boleh lama-lama menghirup bau ini.


3. Telaga Warna Dieng
Nah… kalo mau lihat telaga yang warna permukannya muncul beragam warna bisa di sini. Bisa lihat dari atas dan bawah. Kalo mau dapat angle shoot terbaik landscape pemandangan ini, bisa foto di puncaknya.Tapi  harus naik tangga-tangga lagi untuk ke atas dan berfoto di puncak.



Malamnya, kita berangkat menuju Festival Lampion di dekat Candi Arjuna (pusat kegiatan DCF). Udara tambah dingin sob. Siapkan baju hangat sebanyak-banyaknya. Buat yang beli tiket baik festival, VIP, atau VVIP pasti dapat lampionnya (rakit sendiri loh). Oh iya, kalo mau nulis wish list-nya langsung aja di kertas lampionnya. Jalanan rame dan macet total. Jadi sebaiknya jalan kaki yah. Ada acara pelepasan lampion, pesta kembang api, dan musik (jazz di atas awan). Jangan lupa, pas pulang makan mie ongklok yah. Tersedia di hampir semua tempat makan di Dieng kog. Have fun!

Penulis:





»»  Selengkapnya...