Wednesday, March 29, 2017

PELAYANAN & PENGIRIMAN JNE SANGAT MENGECEWAKAN

Saya sudah sering menggunakan jasa pengiriman PT. TIKI Jalur Nugraha Ekakurir atau yang biasa disebut JNE Express. Produk yang biasa dipake adalah REG untuk jasa biasa, dan YES untuk jasa express (sehari sampai). Sebenarnya sudah beberapa kali sih dikecewakan oleh pelayanan dan pengiriman JNE, tapi karena respons CS mereka yang membantu, jadi masih bisa dimaafkan. Tapi tidak untuk kasus saya kali ini.

Hari Kamis, 16 Maret 2017 pukul 13:32 saya mengirimkan barang ke pembeli melalui JNE cabang Mekarsari-Cimanggis, Depok ke Kecamatan Leuwisadeng, Cibinong, Kabupaten Bogor. Layanan REG15 dengan nomor bukti/resi DPKBU04580362817. Sabtu, 18 Maret, pembeli/penerima mulai menghubungi saya, komplain karena barang yang dikirim belum sampai juga. Memang aneh, biasanya untuk pengiriman di wilayah yang sama, Jabodetabek, esoknya barang sudah sampai, tanpa menggunakan layanan YES. Dicek melalui website http://www.jne.co.id/id/tracking/trace, keterangannya selalu “on process”.

Hingga Senin, 20 Maret, keterangan pengiriman saya belum jelas. Penerima juga sudah bolak-balik ke cabang JNE Bogor untuk mengecek, tapi hasilnya nihil. Saya pun mendatangai JNE cabang Mekarsari-Cimanggis, Depok tempat saya mengirim barang sambil membawa e-connote untuk minta dicekkan status pengiriman barang saya. Melalui petugas yang bertugas saat itu, bernama Intan Fajar, ia mengatakan bahwa “sudah proses pengantaran oleh petugas kami ke alamat tujuan”. Dan saya baru tahu esoknya ternyata ini kalimat standar yang biasa digunakan oleh pihak JNE.

Selasa, 21 Maret, barang juga belum diterima. Walhasil sebagai pengirim, saya yang dipersalahkan oleh penerima. Sampai dibilang membuat e-connote dan nomor resi palsu! Padahal kalo cek melalui website JNE/Tracking, nama dan alamat sudah benar. Ini murni salah JNE! Karena penerima belum pernah dikecewakan oleh JNE, jadi ia merasa heran dan selalu menyudutkan saya. Terus mencoba, saya mention Twitter @JNECare dan @JNE_ID. 5 mention saya tidak ditanggapi, padahal Twitter tersebut masih aktif menjawabi keluhan orang-orang.

Kemudian saya juga mengirimkan email keluhan ke customercare@jne.co.id. Di situ saya menyatakan kekecewaan saya, merasa dirugikan. Saya juga menjelaskan saya sudah mengirim barang tanggal 18 Maret dari dan ke daerah yang sama. Barang telah sampai tanggal 20 Maret. Sementara barang saya hingga Selasa malam, 21 Maret, belum ada kejelasan. Selalu “on process”. Waktu itu yang merespons mewakili pihak JNE adalah Nadia Zahro. Beliau meminta maaf, meminta biodata lengkap pengirim dan penerima untuk dibuatkan surat keluhan. Mereka membuatkan laporan dengan nomor laporan CAS-3770399-L7B2B6. Saya sendiri kurang mengerti fungsi nomor laporan tersebut.

Barang yang saya kirim baru sampai Rabu siang, 22 Maret 2017. Sangat mengecewakan, butuh hampir seminggu untuk mengirim barang dari Depok ke Bogor. Walaupun saya sudah banyak terbantu oleh layanan JNE, namun sayang sekali, bila ada sedikit masalah, langsung sangat mengganggu kita sebagai pengirim. Dan sebagai pengirim pastinya kita juga dapat masalah dari penerima. Semoga JNE bisa terus memperbaiki pelayanan mereka. Selalu memperbaharui status pengiriman. Dan bila memang ada masalah di lapangan, seharusnya bisa diberi tahu ke pengirim/customer, jadi lebih jelas dan tidak menduga-duga. Bahkan petugas JNE-nya saja kadang tidak tahu, dan mesti berbohong agar tidak mengecewakan customer.
»»  Selengkapnya...

Thursday, March 2, 2017

PENGALAMAN INTERVIEW DI PT. HANDAL GUNA SARANA (HGS)

Gw apply di PT. Handal Guna Sarana (HGS) untuk posisi SPV HR Rekrutmen (penempatan Jakarta) melalui pos. Info lowongan ini gw dapat di harian koran Kompas, edisi Sabtu, 18 Februari 2017. Rabu, 22 Februari 2017, sekitar setengah 5 gw dapat telepon dari nomor (021) 53663307, nomornya PT HGS. Panggilan untuk interview pada Kamis, 23 Februari 2017 di kantor pusat HGS yang terletak di Grand ITC Permata Hijau, Blok Saphire No. 19, Jakarta Selatan.

PT Handal Guna Sarana adalah perusahaan yang bergerak dibidang transporatasi logistik. PT HGS adalah satu-satunya distributor untuk Aqua di Jawa Barat. Kalo temen-temen pernah liat ada truk tronton yang bawa Aqua galon banyak, nah itu PT HGS. Pool truknya sendiri ada di Ciawi, Bogor. Berdasarkan info lowongan di koran, saat ini HGS akan melebarkan sayap ke bisnis café dan restaurant. Karena itu PT HGS sedang membutuhkan banyak SDM untuk ditempatkan di cabang-cabang mereka di Bogor, Sukabumi, dan Jakarta. Gw sendiri pun pinginnya ditempatkan di Bogor, biar bebas macet, hehehe.

Dari Depok gw naik motor, berangkat jam 6 ke Permata Hijau. Dengan macetnya Jakarta, gw nyampe setengah 8 lebih. Interviewnya sendiri jam 8. Jadi gw masih ada waktu siap2. Sampe di Grand ITC Permata Hijau, Blok Saphire No. 19 gw dan pelamar lainnya disuruh menunggu. Lantai 1 kantor sepertinya difungsikan sebagai gudang, karena penuh barang2 yang siap didistribusikan. Hanya beberapa menit berselang, para pelamar (yang berjumlah 6 orang), dipersilakan naik ke Lantai 3, ruangan untuk psikotes. Lantai 2 nya sendiri adalah ruangan office.

Setelah mengisi biodata, psikotest pun dimulai. Ada 3 psikotest yang dilakukan di PT Handal Guna Sarana, antara lain: Tes AQ (Adversity Quotient), adalah tes untuk kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan dan tantangan yang dihadapai. Ini tes yang terbilang baru sih menurut gw. Soalnya pilihan ganda, dengan 3 jawaban, waktu pengerjaan 10 menit. Tes PAPI (Perception and Preference Inventory), tes dengan 90 soal yang hanya ada 2 pilihan, yang paling mendekati atau tidak, sesuai kepribadian pelamar. Tes Warteg, tes yang udah sering gw denger, tapi baru kali ini gw dapat... dan kacau banget gw ngerjainnya, hehehe.

Selesai tes, para pelamar dipanggil satu-satu ke ruangan HRD. Urutan panggilan sesuai siapa duluan yang selesai mengumpulkan hasil tes. Tibalah giliran gw tes. Gw grogi. Perut mulai mules. Hal pertama yang dikatakan HRD membuat gw tambah down. Dia bilang, “Tolong turunkan tangan Anda dari meja saya.” Hahaha. Hal yang akan gw inget, kalo interview sama HRD, jangan taro tangan di meja mereka :-D. Seperti biasa yang ditanyakan HRD di setiap interview:
“Beri tahu saya, siapa diri Anda?”
 “Apa kelebihan Anda?”
“Apa kelemahan Anda?”
“Apa yang biasa Anda berikan untuk perusahaan?”
“Kenapa memilih perusahaan ini?”
Below gaji yang diharapkan?”
Dan sebagainya.

Selesai interview, si HRD mengatakan bahwa ini hanyalah proses skimming saja. Mereka akan melihat hasil psikotest gw untuk menentukan apakah gw lolos atau tidak untuk interview kedua. Setelah gw selesai pun masih ada gelombang psikotes berikutnya. Setelah itu gw disuruh nunggu 3 hari kerja untuk panggilan kedua. Hingga hari ini gw lum dapat panggilan itu.

Alasan kenapa gw ga diterima (menurut gw):
Gw ga bisa menjawab maksimal pertanyaan-pertanyaan di atas. Gw ga bisa meyakinkan si HRD dan merasa jawaban gw banyak yang biasa aja. Sekedar jawab. Dan gw baru sadar pas dalam perjalanan pulang.


=END=
»»  Selengkapnya...

Wednesday, March 1, 2017

MENJELAJAH BANDUNG DENGAN TAXI ONLINE – 2

Hari kedua, saatnya ke tempat wisata. Karena sebelumnya gw udah pernah ke Tangkuban Perahu dan Ciwidey, kali ini gw ke tempat wisata Hutan Pinus di Terminal Grafika, Cikole, Lembang. Awalnya mau berangkat pagi2, tapi Bandung sedang diguyur hujan dari subuh. Dan gw baru bisa berangkat jam 8. Gw naik Go-Car ke Cikole, jaraknya 26 km dengan tariff Rp 72.000. Sekali lagi, thx to Go-Pay, tarifnya murah banget. Untuk ukuran hari Sabtu, kota Bandung masih agak sepi. Mungkin juga karena abis hujan ya. Dalam perjalanan, untungnya driver gw tau Jalan Paceut, jalan pintas menuju Lembang. Karena kata si driver, kalo driver-nya ga tahu jalan, banyak yang ga mau ambil order ke arah Lembang, karena pasti macet di Dago, dan bisa menghabiskan waktu 3 jam perjalanan. Walaupun Jalan Paceut itu nanjak dan curam, tapi udah aspal dan cuman muat 2 mobil. Daerah ini udah rame dengan tempat makan yang modelnya kayak di Puncak, Bogor. Jalan pintas ini terbukti efektif dan masih sepi. Gw sampai di Terminal Grafika hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam.

Sebelum masuk, beli tiket masuk di kantor sekretariar Wisata Grafika Cikole. Harganya cuman Rp. 15.000 dan tiket bisa dituker dengan cemilan atau permainan seperti flying fox dan jembatan tali. Kalo mau main ATV atau paint ball, kena cash lagi yah. Tempat wisata ini sih bisa dibilang komplit yah. Karena selain banyak tempat outbound, ada juga restoran dengan konsep saung dan penginapan dengan rumah kayu ataupun di tenda camping. Tadinya gw mau berlama-lama di sini, menikmati kesegaran udara hutan pinus. Tapi sayangnya, cuaca gerimis terus dan banyak Rombongan yang datang, entah itu Family Gathering atau outbound perusahaan.  Jadi siang dikit udah rame banget. Jadi sebaiknya ke Wisata Grafika Cikole dari pagi ya, agar bisa puas berfoto di spot2 terbaik. Kalo udah rame gini, tiap kita foto, pasti selalu ada orang yang ga sengaja masuk ke frame -__-.


Keluar dari Wisata Grafika Cikole, Lembang, gw agak kesulitan pesen taxi online. Tidak ada driver di sekitar sini, dan sanking lama pencariannya, selalu gagal. Sinyal juga kurang bagus di sini, jadi gw terus lakukan order sampai dapat, baik menggunakan aplikasi Uber, Go-Car, atau  Grab. Agak lama usaha terus, akhirnya gw dapat via Uber. Dan waktu tunggunya 20 menit, hahaha. Berarti taxi online masih jarang yah di daerah Lembang. Kemarin kata Kang Nunu, udah banyak X_X. Di depan Wisata Grafika Cikole ada Alfamart dan Indomart, jadi gw nunggu pak driver di situ sambil jajan.

Si driver ternyata dari bawah, dia naik lagi untuk ambil order gw. Sepanjang perjalanan turun, kita buka kaca dan ga pake AC, karena udaranya masih sejuk banget. Gw melanjutkan perjalanan ke Floating Market, jaraknya hanya 8 km dengan tariff Rp 32.000. Tiket masuk ke Floating Market Rp 20.000 per orang, belum termasuk tiket kendaraan. Tiket ini juga udah gratis welcome drink, minuman panas. Gw ga tertarik naik boat yang bisa disewa untuk muterin tempat ini. Gw lebih milih jalan untuk menikmati pemandangan setiap sudut area Floating Market. Di atas, ada tempat yang baru dibuka, namanya Rainbow Garden atau taman bunga. Harga tiket masuk Rainbow Garden itu Rp 10.000 per orang. Dan tempatnya keren banget, indah, dikelilingi bunga-bunga berwarna, ada rumah kaca juga. Pokoknya top banget dah! Tempat ini juga masih terus dikembangkan, dan gw rasa taman bunga ini akan luas dan mengitari Floating Market.


Selesai jalan-jalan di Rainbow Garden, saatnya isi perut di Floating Market. Di sini kita harus nuker duit cash ke bentuk uang koin Floating Market. Koin tidak bisa dikembalikan loh, harus habis :D. Di sini harganya bulet2, kelipatan genap semua, jadi ga bakal ada kembalian receh. Gw pesen banyak: bubur ayam, pisang raja keju-cokelat, bakso cuanki, sate ayam, dan air mineral botol. Di Floating Market hanya ada 1 atau 2 outlet yang nemerima duit cash. 




Selesai makan, langsung pesen taxi online. Masih seperti tadi, susah sinyal dan ga dapet-dapet. Kadang-kadang harus di-cancel sangking pencariannya lama bener. Kesabaran pun berbuah hasil, akhirnya dapet juga taxi online, Uber. Balik ke kota Bandung, karena lewat Dago dan macet, gw tidur selama perjalanan.

Gw pun turun di Chagiya Korean-Suki, salah satu resto Korea yang hits banget di Bandung, karena interiornya colorful dan nuansa Korea, serta  pengunjung bisa nyewa baju Hanbook. Sewa baju Hanbook di Chagiya Korean-Suki Bandung seharga Rp 30.000 per 15 menit untuk dewasa, dan Rp 25.000 per 15 menit untuk anak-anak. Tempatnya rame, dan gw harus waiting list (mungkin juga karena malam minggu). 


Dan gw jadi ga bisa nikmatin tempat ini, karena bermasalah dengan Uber yang gw naik tadi. Dan langsung komplain ke Uber, kisah lengkapnya di sini.

»»  Selengkapnya...

MENJELAJAH BANDUNG DENGAN TAXI ONLINE - 1

Minggu kemarin adalah kali 3 gw liburan ke Bandung, Jawa Barat. Memang pada sebelumnya gw ke Bandung selalu menggunakan kendaraan pribadi. Baru kali ini gw menggunakan Kereta Api menuju Bandung. Sempet khawatir juga sih mobiliasasi selama di Bandung pake apa. Tapi gw mau coba pake taxi online aja di sana. Semoga banyak ketersediaan drivernya.

Dari rumah di Depok, gw naik Go-Jek. Sempet kesel, karena gw lagi buru-buru mau ngejar kereta, malah dapat driver yang waktu tunggunya 7 menit. Awalnya mau gw cancel, tapi ga jadi deh, kasian. Di atas 7 menit gw SMS si driver, katanya dia udah deket. Padahal dia baru jalan dari lokasinya (kan kelihatan di Map). Menunggu sekitar 12 menit, Go-Jek datang. Nada bicara gw bernada kesel, karena dia lama. Dan sang driver akhirnya ngebut sebagai permintaan maafnya. Gw turun di ST. Pondok Cina, jarak 6,2 km cuman bayar Rp 5.000. Thx to Go-Pay, membuat sistem transaksi menjadi mudah dan murah. Saran buat Go-Jek, sebaiknya ruang lingkup driver dalam mengambil order lebih sedikit. Sangat sulit bila dalam posisi seperti gw kemarin, lagi buru-buru, tapi dapat driver yang masih jauh.

Dari ST. Pondok Cina, turun di ST. Gondangdia. Langsung naik Go-Jek lagi ke Stasiun Gambir. Jarak 1,4 km bayarnya Rp 5.000 (jam sibuk). Tukang ojek online selalu nunggu 100-200 meter dari stasiun. Di situ udah banyak berkumpul ojek online (kalo kata driver-nya lahan basah). Jadi kedua pihak harus betul-betul saling mencari dengan ciri-ciri yang sudah diberikan.

Gw nyampe pukul 8 pagi dan langsung check in, karena kereta gw berangkat 8:30. Gw naik Kereta Api Argo Parahyangan, Stasiun Gambir menuju Stasiun Bandung, dengan harga tiket Rp 80.000. Walaupun namanya kereta ekonomi, tapi pas gw masuk kereta ini, bagus banget. Interiornya mewah, bangkunya 2-2, AC sentral, dan bagasi luas. Jauh bila dibanding kereta ekonomi AC ke Jawa. Menurut gw ini sekelas bisnis. Karena kelas eksekutifnya ada di gerbong lain. Kereta sampai di Bandung pukul 12:00. Sempet ribet si ngegoggling pake apa untuk ke hotel gw. Tapi, daripada ribet, gw langsung pesen Go-Car aja. Wow, langsung dapat. Harga tetap sama, jarak + 3 km hanya bayar Rp 12.000 dengan Go-Pay pastinya. Driver yang gw dapat ini orangnya ramah banget. Namanya Kang Nunu (karena di Bandung, gw pake sapaan khas Sunda), dia banyak memberikan saran kalo mau jalan-jalan di Bandung menggunakan taxi online. Ternyata sudah banyak wisatawan di sini menggunakan taxi online. Baik yang menggunakan argo manual ataupun via aplikasi. Banyak juga yang dibooking untuk beberapa hari. Dan ini salah satu tips yang mujarab: Bila ingin pergi ke Lembang, sebaiknya jangan lewat Dago, karena macet banget, bisa 2-3 jam lebih perjalanan. Ada jalan pintas lewat daerah bernama Paceut, bebas macet dan jalanan sudah aspal.

Gw nginep di Hotel Harmony Inn, daerah Talagabodas, + 3 km dari pusat kota Bandung. Mang Nunu si driver juga heran, sejak kapan daerah Talagabodas jadi banyak hotel. Hotel Harmony Inn ini hotel bintang 1. Tarifnya Rp. 220.000 per malam, dengan fasilitas AC, welcome drink, TV Kabel, kamar mandi di dalam, serta sarapan. Gw pesen via Traveloka. Karena waktu pesen via pegipegi.com, servernya sibuk terus, akhirnya gw ke Traveloka aja, dan harganya juga mirip-mirip. Silakan baca review gw tentang Hotel Harmony Inn di Traveloka.


Istirahat bentar, gw langsung makan siang, menuju pusat kuliner di Jalan Burangrang yang deket di daerah Talagabodas. Di sini ga cuman resto bermerek ataupun cafe instagramer, banyak juga PKL yang berjualan makanan. Selesai makan, lanjut ke Alun-Alun Bandung dan Masjid Raya Bandung. Cukup jalan kaki ke arah jalan raya, Jalan Asia Afrika. Cukup jauh sih, tapi namanya juga backpakeran kan, biar lebih berasa jalan-jalannya ^^. 

Selesai main-main di alun-alun dengan karpet sintesis ini, lanjut ke Cihampelas. Dari Alun-Alun Bandung, jalan sedikit ke arah barat menuju Jalan Keutamaan Istri, lalu naik angkot warna hijau jurusan Kalapa – Ledeng, turun di Jalan Sastra dengan ongkos Rp 4.000. Wajah Jalan Cihampelas atau Ciwalk sekarang udah berubah, semua PKK-nya di taro di ‘atas’, yang bernama Teras Cihampelas. Tempatnya keren loh bro, nyaman, dan epic. Cocok untuk santai, nongkrong, dan berfoto.

 

Gw cuman lihat-lihat doang sih, ga belanja. Lanjut ke Jalan Riau atau Jalan RE Martadinata, dari Cihampelas naik angkot warna hijau-kuning jurusan Kalapa-Cicaheum. Di sini gw baru belanja di Factory Outlet yang berjejer di sini. Baju-baju di sini kualitasnya bagus, murah, dan produk lokal asli. Dari sekian banyak FO yang gw rekomen adalah Heritage.

Dari Jalan Riau gw lanjut ke Braga. Dari sini harus 2 kali naik angkot. Pertama, naik angkot ke BIP dulu. Baru naik angkot jurusan Kalapa-Dago. Turunnya nanti ga jauh dari Jalan Keutamaan Istri. Jalan kaki ke Jalan Braga. Jangan lupa foto di plang jalan dan monumen Braga yang epic. Jalan Braga ini kayak Kemang-nya Jakarta. Banyak pub, café, dan resto barat. Kalo duit kamu pas2an, saran gw coba wisata kuliner di PKL dan food truck yang ga jauh dari Jalan Braga. Dijamin murah dan kenyang :D. Karena udah tengah malam, gw balik ke hotel naik Go-Car.


Bersambung, lanjut ke sini.
»»  Selengkapnya...