Wednesday, January 2, 2013

Berliku-Liku Perjalanan Hidup "Habibie & Ainun"

Sob... pernah ga sih lo nonton di bioskop, datang 2 jam untuk beli tiket sebelum jam penanyangan, tapi ternyata dah full. Dan lo harus beli jam berikutnnya, yang artinya lo harus nunggu selama 4 jam sampai film diputar :| Pas pintu teater dibuka, lo harus masuk ngantre dan suasana sangat sesak. Sesak masuk ke teater dengan penonton dari segala usia (ada anak-anak, remaja, dewasa, bahkan nenek!) Teater penuh dengan penonton itu. Yup... itulah pengalaman gw saat nonton film "Habibie & Ainun".

Film ini merupakan adaptasi dari buku dengan judul yang sama "Habibie & Ainun", pada November 2009. Buku ditulis langsung oleh Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J. Habibie) dan diterbitkan oleh The Habibie Center Mandiri. Buku "Habibie & Ainun" meledak di pasaran dan buku tersebut masih terjual banyak hingga saat ini. Buku ini bercerita tentang perjalanan hidup-cinta B.J. Habibie dan Hasri Ainun Besari (Ainun).

Film "Habibie & Ainun" dibuka dengan ramalan guru sekolah mereka, bahwa Habibie dan Ainun akan berjodoh di masa depan. Namun ramalan ini ditepis dengan adegan Habibie yang tidak suka dengan Ainun dan malah mengatainya 'gula jawa'. Rudi melanjutkan kuliah S2-nya ke Jerman, menggambil jurusan Studi Penerbangan. Dan ia baru bertemu kembali dengan Ainun setelah kembali ke Bandung. Di rumah Ainunlah pertemua kembali terjadi, setelah lulus sekolah, benih-benih cinta mulai timbul di antara mereka ke-2. Walau banyak pria-pria mapan dan sukses mengejar Ainun, Habibie seolah tidak menghiraukan mereka, ia pun mantap melamar dan mengajak Ainun untuk menemaninya di Jerman.


Setelah menikah, kehidupan Habibie dan Ainun di Jerman tidak berjalan mudah. Mereka tinggal di flat kecil, Ainun hamil muda, sering sakit, dan Habibie yang kurang dalam pendapatan. Namun Habibie pantang menyerah dan mantap meyakinkan Ainun bahwa ia akan segera membawa keluarga mereka menuju masa depan yang cerah. Habibie juga berjanji akan membuatkan 'kereta terbang' untuk Ainun. Meski sering dipandang sebelah mata oleh orang-orang Jerman, Habibie berhasil membuktikan kegeniusan dan kerja kerasnya hingga mendapat gelar doktor dengan status Cum Laude.

"Hidup ini seperti terowongan Kereta Api yang Gelap, kita tidak tau Arah mana yang akan kita lewati, Namun kita Yakin Arah manapun yang kita lewati tetap akan menemukan Cahaya terang yang akan membawa kita kedalam kehidupan yang lebih baik." - Habibie

Sempat tidak diterima di era Sukarno, penemuan Habibie malah disambut baik di era Suharto. Habibie terbang kembali ke Indonesia. Dengan tujuan utama, membangun bangsanya dan membuat kapal terbang yang dikerjakan sendiri oleh anak bangsa. Sementara di Jerman, Ainun melanjutkannya profesinya sebagai dokter anak. Hingga ia berhasil menerbangkan pesawat N250: Gatotkaca, bukti janji pada sang istri.


Setelah keberhasilannya, Habibie diangkat menjadi  Menteri Negara Riset dan Teknologi (1978-1998), Wakil Presiden (1998), dan menjadi Presiden menggantikan Suharto yang dilengserkan pada tahun itu juga. Dalam perjalanan kariernya, Habibie menemui banyak orang yang ingin memanfaatkannya. Tapi disisinya selalu ada Ibu Ainun yang selalu mengurus, menasehati, menjaga, dan merawat Habibie dari penyakit TBC tulangnya. Sementara Ibu Ainun juga memiliki penyakit ovarium yang sudah stadium akut, yang tidak diketahui oleh Habibie.


"Pria Hebat Karena Ada Wanita Tangguh di Sisinya"- Anonymous

Film "Habibie & Ainun" memang layak ditonton untuk segala usia. Film ini juga menceritakan kekuatan cinta sejati mampu mengalahkan halangan apa pun hingga maut yang hanya dapat memisahkan mereka. Terlihat Ainun sangat sayang dan perhatian terhadap Habibie, hingga di akhir hayatnya, Ainun hanya menuliskan resep obat terakhir untuk suaminya :') Habibie pun juga harus tabah dan ikhlas menerima kepergian istrinya yang tak kunjung sembuh walau sudah dioperasi hingga 9 kali.


Reza Rahardian sukses memerankan tokoh Habibie, yang kadang gw liat aktingnya mirip2 Mr. Bean :D Tapi banyak yang menilai Reza kurang cocok memerankan Habibie, karena terlalu tinggi. Ainun yang diperankan Bunga Citra Lestari terlalu cantik dengan aslinya, hehehe. Intrik-intrik yang disajikan difilm ini juga terlalu banyak hingga durasi terasa panjang dan sedikit membosankan. Dan gaya bahasa Habibie yang unik campur bahasa Jerman, menbuat kadang gw sering ga denger apa yang ia ucapkan (apa gw yang budeg yah, hehehe). Namun, penonton siap2 dikuras air matanya saat perpisahan terakhir Habibie dan Ainun :( Yang mengejutkan adalah peran sutradara Hanung Bramantyo sebagai Sumohadi. Serta penampilan misterius Tio Pakusadewo yang memerankan Suharto. Film ini berdurasi sekitar 2 jam dan masih full di semua studio pada minggu ke-2nya. Jadi, selamat menonton yah =) 

Watch The Trailer!

No comments:

Post a Comment

Silakan Tinggalkan Jejak Anda Di sini... Terima kasih =)